Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Yang Malang nan Terlupakan: Para Calon Buruh

Belakangan ini ramai dibicarakan kenaikan Upah Minimum Regional di Jakarta sebesar 40%, yakni dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 2,2 juta. Perdebatan yang diperbincangkan selalu mengambil dua sisi: kaum buruh yang selama ini merasa termarjinalkan mendapat ‘kemenangan’ karena upah mereka naik luar biasa besar; dan kaum pengusaha yang keberatan karena beban mereka menjadi sangat besar. Dalam negosiasi-negosiasi yang berlangsung kaum buruh diwakili serikat-serikat buruh dan asosiasi-asosiasi pekerja, sementara pengusaha diwakili asosiasi-asosiasi industri dan juga APINDO. Mengutip ungkapan Frederick Bastiat dalam ‘What is Seen and What is not Seen’, perdebatan di atas terhenti pada apa yang terlihat. Yang tidak terlihat adalah, ribuan orang yang tidak jadi mendapat pekerjaan sebagai buruh karena ekspansi-ekspansi perusahaan kemungkinan harus batal sebagai akibat kenaikan UMR yang tinggi. Para calon buruh, orang-orang yang berada di sektor informal atau pengangguran yang akan dengan senang ha

Resensi Buku End This Depression Now (Paul Krugman, 2012)

Ketika membaca buku ini, kental sekali rasa bahwa Paul Krugman sedang sangat gemas dengan keadaan perekonomian Amerika Serikat saat ini, bahwa keadaan belum pulih dan pemerintah AS seperti tidak mampu melakukan apa pun untuk mengembalikan keadaan pra-krisis. Gemas, karena menurutnya langkah keluar dari The Great Recession ini ada, namun tidak diambil karena alasan-alasan yang menurutnya ideologis dan politis. Krugman mendeskripsikan keadaan ekonomi AS saat ini sebagai “kondisi kronis dengan keadaan perekonomian di bawah normal tanpa kejelasan apakah keadaan akan membaik atau memburuk”. Yang begitu ia tekankan adalah bahwa krisis ekonomi AS hanyalah krisis koordinasi, di mana tidak ada kapasitas produksi yang berkurang, produktivitas pekerja pun tidak berkurang, hanya tidak ada confidence masyarakat untuk spending, sehingga produksi pun harus berkurang. Prinsip yang penting adalah ‘your spending is my income’. Saat semua orang berusaha mengurangi pengeluaran, penting bagi seseorang

The Political Economics of Traffic Jams

The discussions regarding the heavy traffic jams that is a regular in Jakarta never comes to end. Different people have different ideas on how to rid this city off its number one problem. Numerous ideas have emerged, we needed MRT, we needed subway, we needed this we needed that. The problem is so severe that even a new mayor has been elected solely on the issue of Jakarta’s unacceptable traffic jams. We all seem to want to live in a traffic-jam-free city. But really? Do we all? Of course not. There are a huge number of people that would come out be a lot worse off if we are succesful in our anti-traffic-jam iniciative. If Jakarta manages to get traffic-free, that basically means a huge decrease in the number of cars that are on the road. That means less car sales. Less money for automakers and all the people that work for them. That also means less business for repair workshops, spare part stores, gas stations, tire-patch vendors, and more. The list goes on