Dalam dua bulan terakhir elektabilitas Prabowo seakan
meroket. Beberapa alasan tentang hal ini diungkapkan banyak pengamat sepertinya
cukup valid: maraknya black campaign terhadap Joko Widodo, buruknya koordinasi
dan logistik kampanye pasangan nomor 2, performa pada seri Debat
Capres-Cawapres, dan sebagainya. Saya punya dua hipotesis lain tentang mengapa
rakyat bisa seakan menutup mata pada fakta-fakta dan seakan terhipnotis oleh
sosok Prabowo Subianto.
Pertama, kurikulum sejarah di sekolah-sekolah di Indonesia dari
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas cenderung bersifat hapalan. Saya
yakin anda yang sedang membaca artikel ini masih ingat bahwa Perang Diponegoro
terjadi pada tahun 1825-1830, dan bahwa Perang Dunia I terjadi diawali dengan
terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand. Tapi jika kita diminta mengaitkan apa
yang terjadi saat itu dengan konteks kekinian untuk melihat ke depan, kita akan
kebingungan.
Padahal, sejarah seharusnya bukan untuk dihafal, melainkan
untuk dimengerti sehingga kita dapat mensintesis apa yang akan terjadi di masa
depan jika keadaan nanti menyerupai prekondisi-prekondisi yang terjadi di
masa lalu. L'histoire se repete, sejarah selalu berulang. Adolf Hitler
kalah dalam Perang Dunia II karena dia tidak belajar dari sejarah dan nekat menginvasi Rusia pada musim dingin, padahal satu setengah abad sebelumnya Napoleon Bonaparte
pernah mencoba melakukan hal serupa dan gagal total.
Masyarakat Indonesia yang dididik untuk menghafal sejarah
tidak paham hal ini. Kita seakan melihat ada jurang antara masa lalu, masa
kini, dan masa depan. Tidak ada benang merah yang dapat menjadikan masa lalu
sebagai alat analisa prediktif tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Itu
sebabnya masa lalu Prabowo Subianto yang begitu kelam seakan tidak digubris
oleh jutaan orang Indonesia yang kini mendukungnya.
Saya yakin, kita bukan tidak tahu atau tidak percaya bahwa
Prabowo pernah terlibat dalam penculikan aktifis-aktifis pro demokrasi di tahun
1998, atau bahwa dia terlibat dalam pembantaian manusia dan genosida di Timor Timur,
pelanggaran prinsip netralitas Palang Merah Internasional saat menyerbu Papua
dengan atribut Palang Merah, dan sebagainya. Memang ada juga yang tidak tahu karena kurangnya akses informasi, namun sebagian besar dari kita tentu tahu dan tidak membantah fakta-fakta tersebut.
Banyak dari kita beranggapan bahwa hal-hal yang terjadi di masa lalu biarlah berlalu, dan bahwa lebih baik melihat ke depan saja. Banyak juga yang mencari alasan dan pembenaran atas kejahatan-kejahatan tersebut. Kita tidak paham, bahwa jika keadaan di masa depan akan serupa dengan di masa lalu, bahqa kemungkinan Prabowo akan mengambil langkah-langkah serupa dengan yang dilakukannya dahulu, jika memiliki kekuasaan untuk melakukannya.
Banyak dari kita beranggapan bahwa hal-hal yang terjadi di masa lalu biarlah berlalu, dan bahwa lebih baik melihat ke depan saja. Banyak juga yang mencari alasan dan pembenaran atas kejahatan-kejahatan tersebut. Kita tidak paham, bahwa jika keadaan di masa depan akan serupa dengan di masa lalu, bahqa kemungkinan Prabowo akan mengambil langkah-langkah serupa dengan yang dilakukannya dahulu, jika memiliki kekuasaan untuk melakukannya.
Alasan kedua, pola pikir feodal. Masih banyak rakyat
Indonesia yang tidak siap dipimpin oleh seseorang yang berada pada strata sosial
yang setara atau (dipersepsikan) lebih rendah. Selama ratusan tahun, rakyat
Indonesia selalu dipimpin oleh mereka yang berada di kasta sosial yang lebih
tinggi dari kebanyakan orang, baik itu Raja atau Sultan (ningrat) di masa
kerajaan-kerajaan nusantara, orang-orang Eropa saat masa kolonial, kaum priyayi
di masa awal kemerdekaan, dan para jendral di Orde Baru. Bahkan di era reformasi, kita dipimpin oleh: putera seorang kiai ternama, puteri proklamator, dan (lagi-lagi) seorang jenderal. Belum pernah kita dipimpin oleh sekedar rakyat biasa.
Pola pikir feodal yang sadar atau tidak terpatri di benak masyarakat ini menyebabkan slogan seperti “Jokowi
Adalah Kita” yang mengedepankan kesetaraan antara Jokowi dengan rakyat sepertinya justru mengena hanya di kalangan terdidik saja. Itulah pula
alasan alasan di balik pencitraan Prabowo yang gagah dengan senantiasa
menunggang kuda miliknya, yakni ingin menunjukkan kepada rakyat bahwa dia
memiliki potongan yang cocok sebagai penguasa kita. Karena Presiden dalam
pandangan banyak orang adalah penguasa yang berkuasa atas kita, bukan pelayan masyarakat yang bekerja
untuk kita.
Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, Presiden harus berasal dari kalangan yang lebih tinggi kastanya, karena masih tertanamnya pola pikir bahwa pemimpin negeri adalah wakil Tuhan di dunia untuk kita, sehingga mustahil ia berada setara dengan kita. Karena jika pemimpin itu berasal dari strata sosial yang sama, kita akan bertanya “mengapa anda yang jadi pemimpin dan bukan saya?” Ini tentu berbeda dengan kondisi masyarakat yang lebih beradab seperti di Barat, di mana calon pemimpin justru harus berasal dari masyarakat, dan harus mampu memunculkan persepsi “he’s one of us”.
Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, Presiden harus berasal dari kalangan yang lebih tinggi kastanya, karena masih tertanamnya pola pikir bahwa pemimpin negeri adalah wakil Tuhan di dunia untuk kita, sehingga mustahil ia berada setara dengan kita. Karena jika pemimpin itu berasal dari strata sosial yang sama, kita akan bertanya “mengapa anda yang jadi pemimpin dan bukan saya?” Ini tentu berbeda dengan kondisi masyarakat yang lebih beradab seperti di Barat, di mana calon pemimpin justru harus berasal dari masyarakat, dan harus mampu memunculkan persepsi “he’s one of us”.
Di kota-kota besar memang pola pikir feodal ini sudah mulai
ditinggalkan, di mana orang-orang seperti Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, Bima Arya dan Ibu Risma dapat terpilih. Namun cobalah tengok ratusan gubernur dan
bupati/walikota lainnya, maka anda akan melihat bahwa para sebagian besar pemimpin daerah
tersebut terlihat berbeda, terlihat lebih tingi stratanya dibanding mayoritas
rakyat mereka.
Dengan dua alasan di atas, saya kira jelas kenapa banyak sekali dari kita yang ketika ditanya "kenapa memilih Prabowo dan bukan Jokowi?", kita sering mendengar jawaban seperti "ya dia kan lebih gagah, lebih pantas" atau "dia menyerupai Bung Karno penampilan dan cara bicaranya". Ini tentu bukan salah siapa-siapa, karena memang tidak mudah membangun pendidikan nasional yang mampu membuat manusia Indonesia berpikir, bukan menghafal, dan yang mampu membebaskan kita dari pola pikir budak yang telah diturunkan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun. Saya hanya bisa berharap ke depannya mentalitas seperti ini dapat perlahan-lahan berubah.
Dengan dua alasan di atas, saya kira jelas kenapa banyak sekali dari kita yang ketika ditanya "kenapa memilih Prabowo dan bukan Jokowi?", kita sering mendengar jawaban seperti "ya dia kan lebih gagah, lebih pantas" atau "dia menyerupai Bung Karno penampilan dan cara bicaranya". Ini tentu bukan salah siapa-siapa, karena memang tidak mudah membangun pendidikan nasional yang mampu membuat manusia Indonesia berpikir, bukan menghafal, dan yang mampu membebaskan kita dari pola pikir budak yang telah diturunkan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun. Saya hanya bisa berharap ke depannya mentalitas seperti ini dapat perlahan-lahan berubah.
Interesting perspective Ray. Semoga aja besok Jokowi menang.
ReplyDeleteindonesia, ga ada yang mau turun tangan
ReplyDeletesepakat Ray!
ReplyDeleteRakyat indonesia ngak menganggap dirinya tinggi, padahal kepresidenan dan pemerintah itu hasil dari keputusan rakyat bersama2 untuk membangun sebuah badan pemerintahan. Kekuatan terbesar ada di tangan rakyat bukan presiden, rakyat >presiden. Cuma presiden hanya orang yang menjabat atas kesepakatan bersama rakyat. Susahnya jadi jelata -_-
ReplyDeletekeren banget isi artikelnya, saya jadi tidak sabar menunggu isi artikel lainnya.
ReplyDeletekunjungi juga website resmi kami di http://game-sabungayam.net/login-game-adu-ayam-jago-online-android/
1xbet korean bitcoin casino bonus codes - legalbet.co.kr
ReplyDelete1xbet 제왕카지노 bitcoin casino bonus codes. ➤ Bet in virtual sports with 1xbet korean real money online casino bonus and free spins 인카지노 offers!